Firt asian Rhino Range States |
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan membuka First
Asian Rhino Range States Meeting pada Rabu, 2 Oktober 2013 di Novotel
Bandar Lampung, seminar diselenggarakan tanggal 2-3 Oktober 2013, oleh Ditjen Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan bersama International
Union for Conservation of Nature(IUCN). Seminar diikuti sekitar 100 orang
peserta dari berbagai utusan delegasi, tidak hanya dari negara sebaran badak
Asia (Indonesia, Malaysia, Bhutan, India dan Nepal) tetapi juga para pakar dan
pemerhati konservasi badak, NGOs dan private sektor dari dalam dan luar negeri
(Germany, USA, UK, Thailand, France, Switzerland, Australia). Tujuan utama dari
pertemuan ini antara lain adalah untuk koordinasi dan publikasi pentingnya
upaya pelestarian badak di Asia, serta merumuskan komunike bersama yang dapat
digunakan untuk menyemangati dan mendorong aktifitas pengelolaan badak di
masing-masing range states.
Kegiatan ini merupakan salah satu dari 3 upaya
konservasi yang pernah diusulkan oleh Badan Konservasi Dunia (IUCN) kepada
Presiden RI dua tahun yang silam sebagai strategi untuk mendorong upaya
pelestarian Badak di wilayah Asia, yaitu: pertama, pencanangan International
Year of Rhino oleh Bapak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang telah
dilaksanakan pada saat Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juli 2012
lalu di Istana Negara Jakarta. Kedua, pembentukan National Rhino Task
Force yang saat ini masih digodok di Kementerian Kehutanan, dan ketiga
penyelenggaraan Asian Rhino Range State Meeting yang tengah
berlangsung saat ini.
Momentum penyelenggaraan Asian Rhino Range
States di Lampung - Indonesia diharapkan dapat digunakan sebagai ajang
promosi bagi daerah untuk menarik perhatian internasional dan juga masyarakat
setempat akan pentingnya daerah itu (khususnya TN. Way Kambas) bagi pelestarian
badak Asia dan satwa langka lainnya. Perhatian Internasional di lain pihak juga
akan meningkatkan peran serta masyarakat setempat, instansi dan lembaga / NGOs
terkait lainnya dalam pengelolaan satwa langka secara keseluruhan.
Guna mensukseskan penyelenggaraan acara international
tersebut, Kementerian Kehutanan selaku penyelenggara, bersama Pemerintah daerah
(Provinsi Lampung) juga mengadakan berbagai kegiatan side-event atau
pendukung lainnya, antara lain Rhino Island-wide survey
workshop (26-28 September 2013), Welcoming dinner reception (2
Oktober 2013) dan Field trip ke TN Way Kambas (4 Oktober 2013).
Hal yang mengejutkan, baru-baru ini monitoring gabungan
antara WWF – Pemerintah Daerah Kutai Barat serta mitra lainnya telah berhasil
mendapatkan bukti fisik badak Sumatera di Kutai Barat melalui video jebak
(video trap). Bukti fisik berupa rekaman video ini menjadi bukti baru yang
sangat penting tentang keberadaan badak Sumatera di Kalimantan Timur, setelah
berpuluh-puluh tahun tidak pernah diketemukan badak sumatra di wilayah ini.
Temuan ini akan menjadi masukan penting bagi penyempurnaan upaya konservasi
Badak Indonesia dan sekaligus meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanan
badak sumatera.
Asia memiliki 3 dari 5 jenis badak yang ada di dunia, yaitu,
badak India atau The greater one-horned Rhino (Rhinoceros unicornis),
badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan Badak Sumatera (Dicerorhinos
sumatrensis). Jumlah populasi ketiga spesies ini dahulu sangat banyak dan
tersebar di seluruh Asia, tetapi belakangan ini populasinya sudah banyak
berkurang karena berbagai faktor, antara lain: perburuan untuk cula, degradasi
dan fragmentasi habitat sehingga total populasi ketiga spesies ini di seluruh
Asia tidak lebih dari 3.350 individu dan hanya ditemukan di beberapa negara
saja, yaitu Indonesia, Malaysia, Bhutan, India dan Nepal. Jumlah ini sangat
kecil jika dibanding dengan kedua jenis badak di Afrika, badak hitam, dengan
total populasi sebanyak 5.000 individu dan badak putih dengan total populasi
sebanyak 20.000 individu.
Dari ketiga jenis badak asia di atas, badak Jawa termasuk
jenis yang paling terancam (critically endangered) dengan total populasi
sekitar 50 ekor, dan hanya ditemukan terbatas di TN Ujung Kulon (Indonesia),
diikuti oleh badak Sumatera dengan total populasi kurang dari 100 ekor yang
tersebar di beberapa kawasan konservasi di Sumatera (Taman Nasional Way Kambas,
TN Bukit Barisan Selatan, Indonesia) dan Borneo (Malaysia). Sedangkan The
Greater one-horned Rhino, merupakan satu-satunya badak Asia yang sudah bisa
ditingkatkan populasinya hingga lebih dari 3.200 individu.
Penyelenggaraan berbagai kegiatan ini juga didukung oleh
mitra lembaga terkait, antara lain: World Wildlife Fund (WWF)
Indonesia, Wildlife Conservation Society (WCS), Yayasan Badak
Indonesia, International Rhino Foundation (IRF), Taman Safari
Indonesia dan Yayasan Arsari Djoyohadikusumo.(antaranews)