Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) menyadari, ada dua hal yang menjadi kata kunci dalam mencapai
keberhasilan sebuah bangsa. Kedua hal yang dimaksudnya saling bertolak
belakang, tapi melalui titik tersebut Indonesia harus bisa mandiri tanpa
bergantung pada bangsa lain.
"Saya punya pendapat, bahwa
komoditas pangan dan persenjataan militer dasar bagaimanapun bangsa Indonesia
perlu memiliki kemandirian yang kuat. Ingat dunia tidak selalu
bersahabat," ujar SBY saat Orasi Ilmiah pada Dies Natalis IPB ke-50 di
Kampus IPB, Bogor, Jawa Barat, Jumat (20/12).
Pernyataan yang disampaikannya
itu bukan tanpa sebab, apalagi tekanan terhadap keberlangsungan hidup manusia
kini semakin berat. Terutama kebutuhan terhadap komoditas pangan yang kini
semakin serius.
"Tetapi percayalah selalu
ada solusi untuk itu. Tetaplah berparadigma bahwa masalah serius itu bisa
dicegah dan diatasi jika manusia sejagat bisa mengubah gaya hidupnya,
pemerintahan negara-negara sedunia memiliki kebijakan yang tepat, dan teknologi
terus dikembangkan dan diaplikasikan," katanya di hadapan ratusan
mahasiswa dan guru besar IPB.
Dua kondisi itu memberikan sebuah
pemikiran bagi sejumlah negara hingga berpengaruh terhadap kebijakan dalam
negerinya sendiri. Yaitu harus memilih sebagai produsen atau hanya sekedar
konsumen dalam menjalani hubungannya dengan negara lain.
"Karena dengan demikian akan
lebih efisien. Itu pulalah esensi dari hakikat perdagangan internasional,"
ungkapnya.
Atas alasan-alasan itu, SBY
menyebut dunia tidak selamanya bersahabat dan masyarakat perlu berpikir cerdas
agar nasib bangsa tidak terpuruk. Karena itu, Indonesia harus kuat dalam
komoditas pangan dan persenjataan militer.
"Marilah kita berpikir
cerdas, agar nasib dan masa depan bangsa kita, anak cucu kita, senantiasa
terjamin dan bahkan semakin baik," pungkasnya.